Jakarta: Dalam rangka mengembangkan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) melakukan penjajakan Letter of Inten (LoI) dengan Aspen Medical, Australia.
Hal itu disampaikan Staf Khusus Percepatan Inovasi Pemuda dan Olahraga, Hasintya Saraswati yang mewakili Menpora Dito pada LoI di GIPA’s Global Human Capital Summit 2024 di The Grand Thamrin Ballroom, Hotel Pullman Jakarta, Selasa (20/8).
Penandatangan LoI sendiri dari pihak Kemenpora diwakilkan oleh Asdep Kemitraan Pemuda Esa Sukmawijaya, sementara dari Aspen Medical dilakukan oleh Chief Strategy Officer Aspen Medical Australia, Matt Hughes.
Stafsus Ayas-panggilan akrab Hasintya Saraswati menilai, LoI yang nantinya akan juga dikembangkan menjadi perjanjian kerjasama menjadi salah satu cara untuk mengembangkan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP). Adanya LoI ini akan mengirim beberapa pemuda-pemudi yang akan belajar langsung ke Aspen Medical Pusat di Australia.
“Sehingga ini adalah salah satu cara kita untuk mengembangkan pembangunan pemuda Indonesia. Alhamdulillah gayung bersambut dengan Aspen Medical dan berharap bisa memberikan pelatihan kepada pemuda-pemudi kita di bidang healthcare dan kebetulan mereka juga sudah bekerja sama dengan Pemda Jawa Barat akan membuka rumah sakit,” tuturnya.
“Selama ini kan kita memang banyak program kolaborasi dengan negara lain di bidang kepemudaan khususnya, tapi memang lebih fokus kepada budaya. Kita ingin pemuda-pemudi kita mendapatkan practical skill bahwa mereka mendapatkan pengakuan internasional tapi juga mendapatkan knowledge yang bisa mereka implementasikan di dunia kerja,” jelasnya.
Stafsus Ayas juga menyambut baik adanya penjajakan Letter of Inten (LoI) dengan Aspen Medical, Australia ini sesuai dengan salah satu program yang digagas oleh Menpora Dito yakni, Indonesian Dream.
“Kita penandatanganan Letter of Inten hari ini tujuannya adalah untuk mengembangkan Indonesian Dream. Arahan Mas Menteri (Menpora RI) adalah program Indonesian Dream tidak hanya sebatas cultural tapi kita ingin ke profesional,” kata Stafsus Ayas.
“Usai LoI ini nantinya kita akan masuk lebih detail lagi ke PKS (Perjanjian Kerja Sama) tidak lagi ke MoU tapi langsung ke PKS detailnya seperti apa kerjasama antara kedua belah pihak,” pungkasnya.
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 500 pemimpin bisnis, perwakilan senior pemerintah, pelaku masyarakat sipil, dan profesional muda papan atas dari negara-negara ASEAN dan G20 secara langsung dan virtual.